I think I like a Peter Parker
Kalian pasti tau siapa itu Peter Parker kan? Bukan, dia bukan tukang ojek deket sekolah, melainkan seorang tokoh yang memerankan sebagai Spiderman. Pada hari Kamis tanggal 5 Juli 2012 saya memutuskan untuk nonton film yang paling saya tunggu-tunggu sekali yaitu The Amazing Spiderman. Tadinya saya bingung mau nonton sama siapa. Mau sama teman-teman kelas atau sekolah, memang rame-rame sih nontonnya, tapi pasti nanti saya cewek sendiri. Seperti ketika nonton The Avenger, nonton berempat dan saya cewek sendiri. Teman-teman saya yang cewek pada nonton Titanic. Mau sama kakak, eh dianya sibuk sama kuliahnya karena mau UAS. Mau sendirian, dikira ABG kesepian. Akhirnya saya ajak teman saya yang agak akrab sama saya di twitter, @emen (username disamarkan). Sedikit ragu sebenarnya kalau ngajakin orang yang agak lebih tua dari saya. Dia sudah kuliah sedangkan saya masih SMA dan lebih parahnya lagi kami belum pernah bertemu satu sama lain. Sinetron banget, kencan buta. Menurut saya, pola pikirnya itu berbeda. Tetapi saya tidak peduli yang penting saya bisa nonton. Saya ajak dia dan dia mau. Sangat bersyukur!
Kamis
Hari Kamis saya beli tiket nonton buat hari Jumat karena kayaknya nggak bakal dapet tiket nonton buat hari tersebut. Antrinya panjang banget. Habis beli tiket, saya bertemu sama tante terunyu saya, kang @emen. Saya nggak tau kenapa namanya jelek begitu. Kami sempat keliling mall dan memutuskan untuk ke Gramedia saja untuk mencari buku kebetulan buku yang saya punya udah bosan untuk saya baca. Dari Paragon mall ke Gramedia Amaris kami jalan kaki bagaikan gembel sambil membicarakan tentang stand up comedy. Saya tertarik sih tapi sayangnya karena masalah waktu, saya jadi tidak bisa selalu datang ke openmic atau event-event yang menyangkut tentang stand up comedy.
Di gramedia saya bingung karena nggak pernah ke Gramedia Amaris, biasanya saya pergi ke Gramedia Pandanaran. Disana saya beli satu buku recommended dari tante saya itu dan saya membaca-baca buku yang lain. Kami sibuk mencari dan melihat-lihat buku yang sedang kami buru.
Satu hal yang agak mengganggu saya dan itu tidak hanya dilakukan oleh beliau, yaitu memegang kepala saya alias dengan brutalnya menempatkan telapak tangan tepat di ubun-ubun saya. Saya tidak habis berfikir mengapa begitu banyak orang yang melakukan kegiatan itu terhadap saya. Apakah setelah memegang kepala saya, mereka langsung mendapatkan rejeki nomplok? Sepertinya tidak. Tapi yasudahlah karena saya sudah terbiasa diperlakukan seperti itu terutama terhadap om-pakdhe dan kakak saya, saya biasa saja ketika kepala saya dipegang oleh tante unyu tersebut. Oh ya jangan ditanya kenapa saya sebut beliau tante unyu, soalnya saya tidak tau, asal aja.
Jumat
Setelah daftar ulang dan tiduran dirumah saya pergi Paragon mall tepatnya ke XXI untuk nonton. Sesampainya di XXI, saya nggak nemuin sosok kang Emen. Akhirnya saya menunggu dan duduk sendirian sambil memasang wajah bete. Lama menunggu dan mendengar bahwa theatre 4 udah dibuka, saya langsung sms kang Emen. Ternyata ia baru sampai. Saya pun masih dengan setia menunggu. Cailah.
Akhirnya sosok kang emen pun muncul. Lagi-lagi penampilannya sama, bedanya kalo kemarin pake sepatu, sekarang dia pake sendal. Saya ngelihatin dia tapi dia nggak ngelihat saya. Tetapi mungkin dia merasa seperti dilihatin terus oleh seorang wanita yang mirip kuntilanak, akhirnya ia melihat saya dan memasang tampang aneh seperti ketika pertama bertemu, menurut saya tampangnya sangat menyebalkan sekali. Ingin sekali saya melindas mukanya dengan menggunakan sepeda gunung di rumah. Saya pun bangkit dari kubur dan menghampirinya. Eh, salah, bangkit dari duduk dikursi maksudnya. Saya menaiki eskalator dan langsung maksud ke dalam theatre. Tidak banyak bicara, tidak seperti ketika hari Kamis dimana keusilan saya kumat dan agak banyak bicara membuat kang Emen tersiksa sepertinya. Kasihan. Maaf. Sebenarnya saya orangnya pendiam, tetapi karena habis ketemu bokap nyokap dan kakak, sifat manja dan usil saya muncul. Maklum.
Saya duduk, diam, menatap layar dan merasa sepertinya kang Emen ngeliatin saya dengan pandangan aneh. Saya hanya bisa nutupin muka pake jaket dan menyuruh agar tidak melihat saya. Film pun mulai diputar, saya diam dan menikmatinya. Bagiannya pertamanya ngenes. Karena Peter ditinggal sama orang tuanya demi pekerjaan atau riset-riset apaan itu lah. Dan Peter pun dititipkan kepada Paman dan Bibinya.
Saya sempat nangis, (nggak tau deh kang Emen tau saya nangis atau tidak) karena itu hampir sama kayak Saya. Orang tua saya berada diluar kota demi pekerjaan. Papa tinggal di Brebes dan bekerja sebagai kontraktor di Tegal. Tadinya ada Mama yang terkadang menemani saya dirumah, tapi Mama ternyata mau pergi demi usaha yang dirintisnya dan saya bakal hidup alias dititipin ke Om dan Tante saya.
Karena kepepet dan mengalami gejala kekurangan dana, Saya rela ditinggal dan dititipin ke Om dan Tante saya bahkan saya rela berangkat sekolah naik sepeda.
Sebenarnya saya ingin seperti Peter Parker yang kalau pergi ke sekolah naik skateboard. Tapi masalahnya, saya nggak bisa naik skateboard dan kalau saya pergi ke sekolah pakai skateboard, belum apa-apa saya sudah kelindes truk.
Tadinya saya berangkat ke sekolah dengan mengendarai motor atau diantar jemput oleh Mama. Tapi saya relain deh buat usaha yang sedang Mama rintis. So men~ maksud saya itu, kita harus merelakan apapun yang kita punya kepada orang tua kita demi sesuatu yang lebih baik. Toh itu barang yang membelikan orang tua kan? Lain lagi kalau kita beli dengan memakai uang kita sendiri dari hasil kerja kita. Nah kalau hasil nabung? Nabung dari uang yang dikasih orang tua kan? Sama aja. Sudahlah, lagipula kalau sukses kita juga yang bakalan seneng dan kalau pun susah karena nggak mau bantu kita juga ikutan susah.
Walaupun nasib atau perjalanan saya hampir mirip sama si Peter Parker, tapi saya nggak sepintar Peter Parker yang sangat suka terhadap Sains. Saya matematika saja dapet pas-pasan. Saya lebih suka makan bakso 2 mangkok sama es teh satu galon. Sebenarnya Saya lebih suka ke bidang teknologi. Disekolah saya paling suka mata pelajaran TIK dan Elektro. Oke mungkin kalian berfikir atau heran kenapa cewek suka sama Elektro. Saya juga nggak tau. Saya saja suka heran kenapa ada orang suka sama matematika
Kalau di The Amazing Spiderman, Peter itu didukung dan ditemenin oleh Gwen dalam membantu menggagalkan rencana Dr. Cunnors. Dengan cara Gwen pergi ke Oscorp tower untuk mengambil obat cair yang mirip sirup rasa melon dan memberikan obat tersebut kepada ayahnya serta meminta ayahnya untuk memberikannya kepada Peter. Kemudian ayah Gwen dengan kerennya menembak kadal-man dan memberikan ramuan tersebut kepada Spiderman. Kemudian Ayah Gwen mati. Dramatis.
Terkadang saya merasa pesimis dengan kemampuan saya. Yang saya ingin saat ini adalah saya masuk ke Perguruan Tinggi Negeri yang saya impikan dengan masuk jurusan Teknik Elektro. Tapi terkadang saya sering merasa tidak yakin bisa mewujudkan keinginan saya tersebut. Saya lemah di Fisika dan Matematika. Tapi herannya bisa masuk jurusan IPA -_- Nilai saya memang agak tinggi untuk mata pelajaran TIK dan Elektro, tetapi matematika dan fisika juga diperlukan nilai yang cukup tinggi untuk dapat masuk ke Perguruan Tinggi Negeri tersebut. Saya pernah bilang kalau saya tidak bisa masuk ke PTN tersebut, saya nggak mau kuliah. Tapi setelah dipikir-pikir itu hal yang sangat bodoh jika hal tersebut akan saya lakukan nantinya.
Saya sempat ingin masuk kedokteran agar nantinya saya bisa jadi dokter gigi. Tapi saya males sekolah lama-lama dan takut kepala saya keburu botak dan nggak ada yang mau meletakkan tangannya di atas kepala saya lagi.
Dalam kehidupan saya, saya juga butuh seorang ‘Gwen’. Tapi bukan Gwen beneran karena saya tidak lesbi, yang saya butuhkan melainkan seseorang yang bisa menjadi seorang Gwen untuk saya. Saya tidak meminta ‘Gwen’ yang ketika saya melawan para preman dan para copet di pasar deket sekolah dan minta si ‘Gwen’ untuk ngambil golok agar saya bisa menebas kaki preman tersebut. Tidak. Saya hanya ingin disemangatin ketika saya belajar. Ketika saya sedang malas belajar dan mengerjakan tugas. Walaupun hanya sebatas teman, apalagi teman yang spesial, hanya dikirimin sms “semangat semangat semangat! :D” saya sudah senang sekali dan bangkit dari perangkap kemalasan saya.
Dan saya nggak minta seperti Gwen yang minta bantuan Ayahnya untuk memberikan sirup rasa melon yang diambilnya dari Oscorp yang kalau di kehidupan saya itu ‘Gwen’ tersebut meminta bantuan Ayahnya untuk memberikan kunci jawaban ketika saya hendak Ujian. Tidak! Saya hanya minta satu tadi, semangatin saya!. Entah mengapa saya lebih semangat jika disemangati teman daripada keluarga. Dan saya yakin, pasti tidak hanya saya.
Saya juga butuh teman untuk mengisi waktu kosong saya. Saya sering banget kesepian. Saya memang sudah terbiasa, dari SD saya sama kakak juga sering ditinggal sama Mama Papa di rumah sendirian. Pernah juga ditinggal cuma sama pembantu. Untung pembantu-pembantu saya nggak ada yang sadis seperti yang di tipi-tipi itu.
Mungkin tidak hanya saya yang mengalami ini. Saya yakin terdapat banyak sekali anak yang merasakan hal seperti saya atau bahkan lebih parah. Tapi ingatlah kawan, orang tua ninggalin kita bukan berarti orang tua kita nggak sayang. Mereka ingin melakukan sesuatu yang terbaik untuk anaknnya walaupun harus mengorbankan waktu untuk berkumpul bersama. So men~ jaga pergaulan dan jangan merasa frustasi dan berfikir bahwa nggak ada peduli dengan kalian. Apakah kalian tega melukai perasaan orang tua kita yang mengorbankan waktunya dan ternyata kitanya malah jadi rusak berantakan? Orang tua menjadi gagal dan merasa salah dalam memilih jalan hidup yang terpaksa mereka jalankan. Buset, kenapa saya jadi bijak begini? Tumben sekali lho ini.
Dan saya nggak akan menjadi seorang SPIDERMAN seperti Peter. Saya akan menjadi SiPInDtERMAN (sorry alay). Ya saya sih nggak hanya ingin menjadi anak yang pinter, saya lebih condong ingin menjadi orang yang berguna dan cerdas. Saya lebih memilih menjadi orang yang berguna dibanding orang sukses. Karena percuma saja menjadi orang yang sukses tetapi kesuksesannya itu tidak berguna. Raja ekstasi misalnya. Menurutku ekstasi nggak berguna dalam hal membangun rumah ataupun memasak. (Lha kan hidup nggak cuman membangun rumah dan memasak? | oh gitu ya? oke deh sorry, otak cetek). Tapi saya tetap memilih untuk menjadi orang yang berguna. Layaknya Spiderman yang berguna dalam melindungi masyarakat, saya berguna dalam menciptakan inovasi dan solusi baru untuk memecahkan permasalahan yang terjadi didalam masyarakat di masa depan. Amin.
2 komentar
wahh tulisannya natural sekali, semangat... semangat... :) btw kabar kang emen gmn? itu akhirnya gmn? hehehe
REPLYhaha, terimakasih. kabarnya? nggak tahu deh. lupakanlah :D
REPLY