Senin, 3 Desember 2012 gue UAS alias Ulangan Akhir Semester. Semester 1. Tesnya apa coba? Apa coba? Mau tau? Bener? Tesnya itu
MATEMATIKA dan BIOLOGI !! *jeng jeng*
mateMATIka membuat gue lemah. Tak berdaya. Rasanya ingin muntah.
Gue lemah banget di mata pelajaran matematika. Bloon abis. Tapi bukan berarti gue parah banget sampai-sampai 1+1 aja nggak tau, gue cuman bingung, tapi lebih sering nggak teliti. Ketika latihan soal, gue bisa ngerjainnya walaupun agak lambat. Tapi kadang kala gue bisa ngerjain dengan cepat. Gue bisa kalau gue lagi nggak sebangku sama teman sebangku gue atau nggak duduk di bangku gue sendiri. Nggak tau kenapa rasanya beda, kalau jauh dari teman sebangku dan teman-teman di deretan gue duduk, gue jadi lebih mandiri. So, what should I do?

Satu paragraf diatas tadi sih bukan masalah dan yang akan gue ceritain di postingan kali ini, kali ini gue akan menceritakan keLIHAIan gue dalam mengarang jawaban ketika gue UAS.

mateMATIka
sebelum masuk, pikiran gue udah galau memikirkan gimana caranya gue ngerjain tesnya nanti. Dan gue bilang ke teman sebangku gue yang kebetulan ketika tes duduk di depan gue. Dia biasa gue panggil kakak, dan dia juga manggil gue kakak. Nggak jelas deh siapa adiknya.

“kak, kemarin aku udah coba belajar dengan salah satunya ngerjain soal seperti prepare tes kemarin, tapi”
“tapi apa?”  tanya Dyah
“hasilnya nol. Masa ya dari 30 soal kemarin gue cuman bisa ngerjain 2 soal?” ekpresi gue langsung murung
“hahahaha” Dyah tertawa

Gue nyengir.

Memang beginilah kami berdua, kalau tidak bisa ya pasrah, kalau gagal ya tertawa. Oke, gue tau, aneh. Gue berpikir untuk memberanikan diri untuk membawa buku catatan ke ruang tes, tapi

“udah, bawa buku aja” kata Dyah
“ke ruang tes? Beneran?” tanya gue
“iya nggak apa, cepet bawa aja daripada nanti nggak bisa ngerjain?”

Gue diem, kok bisa sepikiran dengan gue ya?
Gue pun mengiyakannya dan dan bel masuk pun berbunyi. Sesuai kesepakatan awal, gue akan membawa buku catatan gue dan jumlahnya itu 2. Keren kan? Sebegitu beraninya saya. Sambil menunggu pengawas datang, gue sibuk mempersiapkan alat tulis tes gue. Gue sengaja nggak pake tempat pensil karena untuk alibi. Gue juga menjepitkan kedua buku catatan gue di papan tes.
Tak beberapa lama pengawasnya datang. Pengawasnya adalah, adalah, siapa? Pak Jul sama Bu Opi! Gue pun mendadak stroke. Urat nadi gue putus. Gue galau lagi, jadi bawa buku catatan nggak ya? Kalau ketahuan bagaimana? Nanti disuruh pindah ke ruang panitia atau kalau nggak didiskualifikasi (buset, kayak lomba aja). Kalau gue didiskualifikasi entar cucian gue di rumah gimana? (apa hubungannya deh)

“wah gimana nih Dew, berani jadi bawa buku nggak?” kata Dyah nyamperin gue
“aduh, aku galau. Menurutmu gimana?”
“udah, bawa aja deh. Berani berani!” kata Dyah dengan percaya dirinya langsung masuk menuju ruang tes
Kampret. Karena Dyah berani, gue pun ikut berani. Gue memeluk papan tes (yang dibaliknya terdapat  buku catatan) gue dengan erat. Kalau ini buku cowok, pasti demen dah. Gue masuk ruangan menaruh tas dan segera menuju tempat duduk gue. Dengan kilat, gue langsung duduk, menaruh alat tulis dimeja, menaruh papan tes dipangkuan dan menaruh buku catatan di laci meja. Mantap.
Jadi gini, gue dan Dyah kan duduk berurutan (gue dibelakanganya Dyah), gue akan mengerjakan soal dengan panduan buku catatan gue dan Dyah akan menelitinya. Tahu sendiri kan kalau gue kurang teliti. Ketika para pengawas membagikan soal gue was-was,tapi gue