Kelas Baru
Wohoo~ saya kelas 12 lho sekarang.. jadi, saya adalah kakak kelasnya kakak kelas nggak ngerti? Ya sudah lupakan.
Dikelas 12 ini saya ngumpul lagi barena teman akrab saya waktu kelas 10. Ada Dyah, Refita, dan Arfan. Nah biar asik, kami memutuskan untuk duduknya berdekatan. Kecuali Refita. Waktu itu ada sesuatu yang membuat Refita sedikit menjauh soalnya. jadi tinggal aku, Dyah dan Arfan. Tadinya kami berencana untuk duduk bareng ditengah dan nomor dua dari depan, saya duduk sama Dyah dan Arfan duduk sama Yunita. Tetapi ternyata hasilnya tidak seperti yang direncanakan. Kami duduk di pinggir (deretan dari meja guru), urutan nomor 2 dari depan, dan Arfan nggak duduk sama Yunita. melainkan dengan anak baru, Wahyu.
Lhah? Kok bisa gitu? Karena eh karena kami kurang pagi berangkatnya.. padahal kami sudah berangkat sepagi mungkin. Tetapi masih aja kalah. Mereka yang dateng duluan pada berangkat subuh-subuh kali ya? Lalu, si Yunita kelamaan masuk kelasnya. Kebetulan kursinya kurang.
Jadi gini, saya kan duduk di bangku nomor 2 sedangkan Arfan duduk dibangku nomor 3. Bangku di sebelah kami sama-sama kosong. Si Dyah kelamaan datengnya. Padahal sudah bel masuk dan waktunya untuk upacara. Jadi, saya pun langsung bersiap keluar dan berkumpul dengan teman-teman yang lain. Waktu itu nggak sengaja ngelihat anak baru. Dia masuk ke dalam dan saya melihat dari luar. Dia tanya ke anak-anak kelas “ada yang kosong nggak?” tetapi tidak ada yang menjawab. Atau paling bilang “nggak tau” kasihan. Nah, ia melihat bangku yang kursinya masih kosong satu dan meletakan tasnya ke meja.
Waduh, kok dia naro tas disitu? Itu kan mejanya Dyah. Halah, nggak tau deh gampang entar. Pikirku.
Saya pun langsung menuju lapangan untuk upacara. Setelah upacara selesai dan menemukan Dyah, kami ngobrol
“eh, lama banget sih datengnya?” tanyaku
“halah, bangkumu yang mana to?”
“yang depannya Arfan lah”
“halah, nggak tau. Tasku aku taro di atas tasnya Arfan aja. Aku hapalnya tasnya Arfan”
“oh..”
“lha meja didepannya Arfan ada tasnya o”
“oh iya, tadi anak baru naro tas disitu. Entar gampang bilang lah”
Kami pun menuju ke kelas. Sampai dikelas, kami duduk, mengobrol dengan Arfan dan membiarkan tas si anak baru. Tak lama si anak baru datang dan bingung bahwa dikiramejanya, eh malah didudukin orang. Ia pun mengambil tasnya dengan tampang ngenes.
“disitu kosong nggak?” tanyanya pada Arfan
“eh..” Arfan melihat kami berdua
“..”menanti jawaban
“eh.. nggak.. eh.. kosng kosong” jawab Arfan dengan ragu dan tak ikhlas
Kemudian si anak baru langsung duduk di bangku sebelah Arfan. Saya dan Dyah manatap Arfan dengan tatapan aneh. Nah entar si Yunita gimana?
Bel masuk berbunyi. Wali kelas datang dan menyusun struktur organisasi kelas. Saya sempat di calonkan sebagai ketua kelas. Semprul. Sudah gitu yang ngasih suara hanya satu pula. Siapa itu yang ngomong? Siapa yang mengajukan? Tidak bertanggung jawab! Memalukan!
Lalu Yunita datang. Yunita bingung aku duduk dimana? Kok Arfan dengan yang lain? Arfan selingkuh! Mungkin begitu pikirnya. Oh nggak.
Karena kekurangan bangku, akhirnya Yunita duduk bertiga bareng saya dan Dyah. Solidaritas mamen.